Rabu, 18 Desember 2013

Anti jamur (fungistatika)


Adalah obat-obat yang digunakan untuk menghilangkan infeksi yang disebabkan oleh jamur. Infeksi oleh jamur dapat terjadi pada :
• Kulit oleh dermatofit (jamur yang hidup di atas kulit)
• Selaput lendir mulut, bronchi, usus dan vagina oleh sejenis ragi yang disebut candida albicans.
Salah satu sebab meluasnya infeksi oleh fungi ialah meningkatnya pemakaian antibiotik spektrum luas atau pemakaian kortikosteroid yang kurang tepat. Faktor hygiene juga sangat mempengaruhi penyebaran infeksi oleh fungi. Infeksi jamur sering berkaitan dengan gangguan daya tahan tubuh, bila daya tahan tubuh turun, maka pengobatan jamur sering mengalami kegagalan.

Penggolongan
1. Antibiotika (griseofulvin, amfoterisin, nistatin)
2. Asam-asam organik (asam salisilat, asam benzoat, asam undesilinat)
3. Derivat imidazol (ketokonazol, klotrimazol, mikonazol)

Obat genetik, indikasi, kontra indikasi efek samping.
1. Griseofulvin
Dihasilkan oleh Penisillium griseofulvinum, berkhasiat fungistatik pada penggunaan oral terhadap banyak dermatofit., efektif untuk mengobati infeksi kulit dan kuku yang menahun, penyembuhan berlangsung sangat perlahan.
Indikasi Infeksi dermatofitosis kulit, kulit kepala, rambut dan kuku bila terapi topikal gagal
Kontra indikasi Gangguan fungsi hati, kehamilan
Efek samping Sakit kepala, mual, muntah
Sediaan Griseofulvin (generik) tablet 125 mg

2. Nistatin.
Berasal dari streptomyces moursei
Indikasi Kandidiasis (stomatitis, sariawan pada mulut, vaginitis pada vagina)
Kontra indikasi -
Efek samping Mual, muntah diare (diberikan peroral), iritasi lokal pada pemakaian topikal.
Sediaan Nistatin (generik) tabl 500.000 UI
Cara penyimpanan Wadah kedap udara, suhu dibawah 5C, terlindung dari sinar.

3. Amfoterisin B
Dihasilkan oleh Streptomyces nodosus
Indikasi Kandidiasis intestinal
Kontra indikasi -
Efek samping
Sediaan (generik)-

4. Asam Salisilat
Asam organik berkasiat fungsisida, dalam salep konsentrasi 3-6 % juga bersifat keratolitik (melarutkan lapisan tanduk kulit, konsentrasi 5-10%)

5. Mikonazol
Merupakan derivat imidazol dengan kasiat fungisid kuat
Indikasi Terapi topikal tinea pedis, kandidiasis kulit.
Kontra indikasi Hipersesitivitas.
Efek samping Rasa terbakar, kemerahan. Bila efek samping sangat mengganggu pemakaian harus dihentikan.
Sediaan Mikonazole nitrat (generik), krim, serbuk warna putih.
Cara penyimpanan Pada suhu 15-30oC ,wadah kedap udara

6. Ketokonazol
Indikasi Kandidiasis mukosa resisten yang kronis, mukosa saluran cerna, kandidiasis vaginal, infeksi dermatofit pada kulit atau kuku tangan.
Kontra indikasi Gangguan hati, kehamilan dan menyusui
Efek samping Mual, muntah nyeri perut,sakit kepala, ruam,urtikaria, pruritus.
Sediaan Ketokonazol (generik) tablet 200mg

Spesialite obat-obat anti jamur
NO GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK
1 Amfoterisin Amphotec Astra Zeneca Indonesia
Fungizone Squibb Indonesia
2 Nistatin/Nursein Candistatin Pharos
(Nystatinum DOEN) Flagystatin Rhone Poulenc
Mycostatin Squibb Indonesia.
3 Ketokonazol Mycoral Kalbe farma
(Ketoconazolum DOEN) Nizoral Johnson & Johnson Ind
4 Griseofulvin/Fulvicin Fulcin Zeneca
(Griseofulvinum) Grivin Phapros
5 Clotrimazole Canesten Bayer
Canesten UT
Canesten SD
6 Miconazole Daktarin Janssen
Mexoderm Konimex
7 Itraconazole Sporanox Janssen

Selasa, 10 Desember 2013

Antibiotik

Antibiotik merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat digunakan untuk penyembuhan berbagai penyakit,

Jenis Antibiotik
Meskipun ada lebih dari 100 macam antibiotik, namun umumnya mereka berasal dari beberapa jenis antibiotik saja, sehingga mudah untuk dikelompokkan. Ada banyak cara untuk menggolongkan antibiotik, salah satunya berdasarkan struktur kimianya. Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:

a. Golongan Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.

b. Golongan Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

c. Golongan Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.

d. Golongan Poliketida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).

e. Golongan Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.

f. Golongan Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan trovafloksasin.

g. Golongan Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.

h. Golongan Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.

i. Golongan Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.

j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.

Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme bagaimana antibiotik secara selektif meracuni sel bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut:
  1. Mengganggu sintesa dinding sel, seperti penisilin, sefalosporin, imipenem, vankomisin, basitrasin.
  2. Mengganggu sintesa protein bakteri, seperti klindamisin, linkomisin, kloramfenikol, makrolida, tetrasiklin, gentamisin.
  3. Menghambat sintesa folat, seperti sulfonamida dan trimetoprim.
  4. Mengganggu sintesa DNA, seperti metronidasol, kinolon, novobiosin.
  5. Mengganggu sintesa RNA, seperti rifampisin.
  6. Mengganggu fungsi membran sel, seperti polimiksin B, gramisidin.

Antibiotik dapat pula digolongkan berdasarkan organisme yang dilawan dan jenis infeksi. Berdasarkan keefektifannya dalam melawan jenis bakteri, dapat dibedakan antibiotik yang membidik bakteri gram positif atau gram negatif saja, dan antibiotik yang berspektrum luas, yaitu yang dapat membidik bakteri gram positif dan negatif.

Sebagian besar antibiotik mempunyai dua nama, nama dagang yang diciptakan oleh pabrik obat, dan nama generik yang berdasarkan struktur kimia antibiotik atau golongan kimianya. Contoh nama dagang dari amoksilin, sefaleksin, siprofloksasin, kotrimoksazol, tetrasiklin dan doksisiklin, berturut-turut adalah Amoxan, Keflex, Cipro, Bactrim, Sumycin, dan Vibramycin.

Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yang didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh bakteri penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi tergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.

Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan antibiotik intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus yang lebih serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep, krim, tetes mata, dan tetes telinga.

Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Tehnik khusus seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri penyebab infeksi. Spesies bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram, sementara bakteri lainnya tidak.

Tehnik kultur bakteri juga dapat dilakukan, dengan cara mengambil bakteri dari infeksi pasien dan kemudian dibiarkan tumbuh. Dari cara bakteri ini tumbuh dan penampakannya dapat membantu mengidentifikasi spesies bakteri. Dengan kultur bakteri, sensitivitas antibiotik juga dapat diuji.

Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yang benar, seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup dosis obat, jarak waktu antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi dengan makanan dan obat lain.

Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada akhirnya akan mengurangi atau menghilangkan keefektifannya.

Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah interaksi obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh, Biaxin (klaritromisin, antibiotik) seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur (teofilin, obat asma).

Berikan informasi kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan yang sedang dipakai sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.

Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter. Sekalipun sudah merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian antibiotik seharusnya dituntaskan dalam satu periode pengobatan.

Bila pemakaian antibiotik terhenti di tengah jalan, maka mungkin tidak seluruh bakteri mati, sehingga menyebabkan bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resisten berkembang sehingga menyebabkan infeksi ulang.

Efek Samping
Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi, antibiotik juga memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami efek samping ini. Efek samping yang umum terjadi adalah sakit kepala ringan, diare ringan, dan mual.

Dokter perlu diberitahu bila terjadi efek samping seperti muntah, diare hebat dan kejang perut, reaksi alergi (seperti sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit, pembengkakan pada bibir, muka atau lidah, hilang kesadaran), bercak putih pada lidah, dan gatal dan bilur merah pada vagina.

Resistensi Antibiotik
Salah satu perhatian terdepan dalam pengobatan modern adalah terjadinya resistensi antibiotik. Bakteri dapat mengembangkan resistensi terhadap antibiotik, misalnya bakteri yang awalnya sensitif terhadap antibiotik, kemudian menjadi resisten.

Resistensi ini menghasilkan perubahan bentuk pada gen bakteri yang disebabkan oleh dua proses genetik dalam bakteri:
  1. Mutasi dan seleksi (atau evolusi vertikal)
    Evolusi vertikal didorong oleh prinsip seleksi alam. Mutasi spontan pada kromosom bakteri memberikan resistensi terhadap satu populasi bakteri. Pada lingkungan tertentu antibiotika yang tidak termutasi (non-mutan) mati, sedangkan antibiotika yang termutasi (mutan) menjadi resisten yang kemudian tumbuh dan berkembang biak.
  2. Perubahan gen antar strain dan spesies (atau evolusi horisontal)
    Evolusi horisontal yaitu pengambil-alihan gen resistensi dari organisme lain. Contohnya, streptomises mempunyai gen resistensi terhadap streptomisin (antibiotik yang dihasilkannya sendiri), tetapi kemudian gen ini lepas dan masuk ke dalam E. coli atau Shigella sp.

Beberapa bakteri mengembangkan resistensi genetik melalui proses mutasi dan seleksi, kemudian memberikan gen ini kepada beberapa bakteri lain melalui salah satu proses untuk perubahan genetik yang ada pada bakteri.

Ketika bakteri yang menyebabkan infeksi menunjukkan resistensi terhadap antibiotik yang sebelumnya sensitif, maka perlu ditemukan antibiotik lain sebagai gantinya. Sekarang penisilin alami menjadi tidak efektif melawan bakteri stafilokokus dan harus diganti dengan antibiotik lain.

Tetrasiklin, yang pernah dijuluki sebagai "obat ajaib", kini menjadi kurang bermanfaat untuk berbagai infeksi, mengingat penggunaannya yang luas dan kurang terkontrol selama beberapa dasawarsa terakhir.

Keberadaan bakteri yang resisten antibiotik akan berbahaya bila antibiotik menjadi tidak efektif lagi dalam melawan infeksi-infeksi yang mengancam jiwa.

Hal ini dapat menimbulkan masalah untuk segera menemukan antibiotik baru untuk melawan penyakit-penyakit lama (karena strain resisten dari bakteri telah muncul), bersamaan dengan usaha menemukan antibiotik baru untuk melawan penyakit-penyakit baru.

Berkembangnya bakteri yang resisten antibiotik disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah penggunaan antibiotik yang berlebihan. Ini mencakup seringnya antibiotik diresepkan untuk pasien demam biasa atau flu.

Meskipun antibiotik tidak efektif melawan virus, banyak pasien berharap mendapatkan resep mengandung antibiotik ketika mengunjungi dokter.

Setiap orang dapat membantu mengurangi perkembangan bakteri yang resisten antibiotik dengan cara tidak meminta antibiotik untuk demam biasa atau flu.

Kamis, 05 Desember 2013

Interaksi Obat

     
      Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan terdapat faktor interaksi obat. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk dari lingkungan, atau dengan obat lain. Dalam bab ini hanya diuraikan pada interaksi antara obat satu dengan obat lain.
Interaksi obat ada yang menguntungkan ada yang merugikan. Interaksi yang menguntungkan misalnya:
1. Penisilin dengan probenesid
    Probenesid menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar penisilin dalam      plasma dan dengan demikian meningkatkan efektivitasnya dalam terapi gonore

2. Kombinasi obat anti hipertensi
    Meningkatkan efektivitas

3. Kombinasi obat anti asma
    Meningkatkan efektivitas

4. Kombinasi obat anti diabetik
    Meningkatkan efektivitas

5. Kombinasi obat antituberkulosis
    Memperlambat timbulnya resistensi kuman terhadap obat

6. Kombinasi Sulfametaksazol dengan trimetoprim
    Meningkatkan efektivitas


Mekanisme interaksi obat secara garis besar dapat dibedakan atas 3 mekanisme :
a. Interaksi farmaseutik atau inkompatibilitas
b. Interaksi farmakokinetik
c. Interaksi farmakodinamika

FARMASEUTIK / INKOMPATIBILITAS
        Inkompatibilitas ini terjadi di luar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak dapat dicampur (inkompatibel). Pencampuran obat demikian menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisika atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan , perubahan warna dan lain-lain atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.
        Bagi seorang dokter, interaksi farmaseutik yang penting adalah interaksi antar obat suntik dan interaksi antara obat suntik dengan cairan infus. Lebih dari 100 macamobat yang tidak dapat dicampur dengan cairan infus. Lagipula banyak obat suntik tidak kompatibel dengan obat suntik lain, yaitu dengan bahan obat atau bahan pembawanya. Oleh karena itu dianjurkan untuk tidak mencampur obat suntik dalam satu semprit atau dengan cairan infus kecuali jika jelas diketahui tidak ada interaksi. Contoh gentamisin mengalami inaktivasi jika dicampur dengan karbenisillin demikian juga penisilin G jika dicampur dengan vitamin C, sedangkan amfoterisin B mengendap dalam larutan garam fisiologi atau larutan ringer dan juga penitoin mengendap dalam larutan dekstrosa 5%.


FARMAKOKINETIK
       Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi absorbsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat kedua, sehingga kadar plasma meningkat atau menurun.
Akibatnya terjadi peningkata toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi farmakokinetik tidak dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, sekalipun struktur kimianya mirip, karena antar obat segolongan terdapat variasi sifat-sifat fisikokimia yang menyebabkan variasi sifat-sifat farmakokinetiknya. Misal simetidin tidak sama dengan H2 bloker lainnya, juga terfenadin atau astemizolsama dengan antihistamin sedatif lainnya.





Antikanker

          Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostatis lainnya pada organisme multiseluler
Sifat umum kanker :
•Pertumbuhan berlebihan umumnya berbentuk tumor
•Gangguan diferensiasi dari sel dan jaringan sehingga mirip jaringan mudigah
•Bersifat invasif,mampu tumbuh di jaringan sekitarnya
•Bersifat metastatik
•Memiliki heriditas bawaan
•Pergeseran metabolisme kearah pembentukan makromolekul dari nukleosida dan asam amino serta peningkatan katabolisme karbohidrat untuk energi sel


Obat Antikanker
•Obat antikanker merupakan obat spesialistik.
•Batas keamananya begitu sempit sehingga hanya dibenarkan penggunaanya oleh dokter yang berpengalaman di bidang pengobatan ini.
•Penggunaan yang kurang cermat hanya akan menambah penderitaan,bersifat fatal dan pemborosan biaya.


Klasifikasi Obat Antikanker
•Alkilator
•Anti metaolit
•Produk alamiah
•Hormon dan antagonis
•Lain-lain


Alkilator
•Berbagai alkilator menunjukkan persamaan cara kerja yaitu melalui pembentukan ion karbonium (alkil) atau kompleks lain yang sangat reaktif
•Gugus alkil ini kemudian berikatan secara kovalen dengan berbagai nukleofilik penting dalam tubuh misalnya fosfat,amino,sulfhidril, karboksil atau gugus imidazol
1.Mustar Nitrogen
   Mekloretamin
   Siklofosfamid
   Ifosfamid
   Melfalan
   Klormbusil

2.Etilenamin & Metilmelamin
   Trietilen-melamin (TEM)
   Thiotepa

3. Metilhidrazin
    Prokarbazin

4.Alkil sulfonat
   Busulfan

5.Nitrosourea
   Karmustin
   Lomustin

6.Platinum
   Sisplatin
   Karboplatin


Antimetabolit
•Antipurin dan antipirimidin mengambil tempat purin dan pirimidin dalam pembentukan nukleosida,sehingga mengganggu berbagai reaksi penting dalam tubuh.
•Pengguanaannya sebagai obat antikanker didasarkam atas kenyataan bahwa metabolisme purin dan pirimidin lebih tinggi pada sel kanker dari sel normal.
•Dengan demikian,penghambatan sintesis DNA sel kanker lebih dari terhadap sel normal
1.Analog pirimidin                    
   5-fluorourasil
   Sitarabin
   6-Azauridin
   Floksuridin
   Gemsitabin

2.Analog purin
   6-Merkaptopurin
   6-Tioguanid
   Fludarabin,Pentostasin

3.Antagonis folat
   Metotreksat
   Pemetreksed


Produk Alamiah
1.Alkaloid Vinka (Vinkristin dan Vinblastin) berikatan secara spesifik dengan tubulin,komponen protein mikrotubulus,spindle mitotik,dan memblok polimerisasinya.Akibatnya terjadi disolusi mikrotubulus,sehingga sel terhenti dalam metafase.kelompok obat ini disebut juga sebagi spindle poison
2.Taksan (Paklitaksel dan Dosetaksel) bekerja dengan mekanisme yang sama dengan alkaloid vinka,yaitu sebagai racun spindel
3.Epipodofilotoksin (Etoposid dan Teniposid) membentuk kompleks dengan topoisomerase II dan DNA sehingga menggaggu penggabungan kembali DNA yang secara normal dilakukan oleh topoisomerase.Enzim tetap terikat pada ujung bebas DNA dan menyebabkan akumulasi potongan-potongan DNA.Selanjutnya terjadi kematian sel.
4.Kamptotesin (Irinotekan dan Topotekan) merupakan bahan alamiyang berasal dari tanaman Chamtotheca acuminata yang bekerja menghambat toptoisomerase I,enzim yang bertanggung jawab dalam proses pemotongan dan penyambungan kembali rantai DNA.Hambatan enzim ini menyebabkan kerusakan DNA
5.Antibiotik (Tetrasiklin,Doksorubisin,Mitramisin) berinterasi dengan DNA,sehingga fungsi DNA sebagai templete dan pertukaran sister chromatid terganggu dan untai DNA putus.
6.Enzim (Asparaginase) merupaka katalisator enzim yang berperan dalam hidrolisis asparagin menjadi asam aspartat dan amonia.Dengan demikian sel kanker kekurangan asparagin yang berakibat kematian sel



Hormon dan Antagonis
1.Hormon
      Berbagai hormon steroid digunakan pada pengobatan kanker,antara lain:
kortikosteroid (prednison,deksametason)
hormon progestin (hidroksiprogesteron kaproat)
estrogen (megastrol asetat,dietilstilbestrol,etinil estradiol)
androgen (testosteron propionat)
hormon ini umumnya digunakan untuk tumor endometrium,payudara,prostat,dan limfoma
2.Penghambat Aromatase
       Aromatase merupakan enzim yang berfungsi pada konversi androstenedion menjadi estrogen.Karena estrogen merangsang tumbuhnya karsioma payudara,sintesis estrogen di jaringan adiposa dapat menjadi sumber utama pertumbuhan karsinoma payudara pada wanita pasca menopause
Contoh obat :
1.Anastrozol
2.Letrozol
3.Eksemestan
4.Aminoglutetimid


Lain-lain
1.Hidroksiurea
bekerja menghambat enzim ribonukleotida reduktase sehingga menyebabkan hambatan sintesis ribunukleotida trifosfat dengan akibat terhentinya sintesis DNA pada fase S.
Efek samping utama adalah mielosupresi.Selain itu juga menimbulkan mual,muntah,diare, mukositis, sakit kepala, letargi. Kadang-kadang terjadi rash makulo papular dan pruritus.
2.Derivat Asam Retinoat
Tretinoin digunakan pada leukemia promielositik akut (LPA) dan dapat menimbulkan remisi pada penyakit ini.Timbulnya LPA berkaitan dengan translokasi kromosom t dengan akibat gangguan gen nuclear receptor-α untuk asam retinoat
Efek samping tretinoin antara lain toksisitas vitamin A dengan gejala sakit kepala,demam, kulit dan mukosa kering,rash, pruritus.
3.Arsen Trioksida
digunakan untuk menginduksi remisi leukemia promielositik akut dengan translokasi t yang refrakter atau relaps setelah pengobatan dengan tretinoin dan antrasiklin.
bekerja menginduksi diferensiasi melalui degradasi PML/RAR-alpha protein.Disamping itu,arsen trioksida juga menginduksi apoptosis.
efek samping yang sering timbul antara lain perubahan EKG dengan pemanjangan interval QT,aritmia,dan sindrom yang ditandai dengan demam,sesak napas,rash,retensi cairan dan penambahan berat badan.
4.Penghambat Tirosin Kinase
- Imatinib merupakan penghambat tirosin kinase pada onkoprotein BCR-Abl dan mencegah fosforilasi substrat kinase oleh ATP
- Gefitinib merupakan penghambat spesifik EGFR yang secara kompetitif menghambat pengikatan ATP
5.Modulator Respon Biologik (MRB)
Interleukin-2 (IL-2) tidak bersifat sitotoksik secara langsung,namun dapat merangsang proliferase sel T sitotoksik yang diharapkan dapat menyingkirkan sel-sel tumor
6.Antibodi Monoklonal



Prinsip Kemoteri Kanker
•Suatu tumor ganas harus dianggap sebagai sejumlah sel yang seluruhnya harus dibasmi.Perpanjangan hidup pasien berbanding langsung dengan jumlah sel yang berhasil dibasmi dengan pengobatan.
•Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengobatan :
1.Untuk membasmi sel tumor sampai jumlahnya cukup dapat dikendalikan oleh mekanisme pertahanan tubuh
2.Adanya hubungan dosis-respon yang jelas
3.Diperlukan jadwal pengobatan yang jelas
4.Kemoterapi harus dimulai sedini mungkin
5.Kemoterapi harus tertuju pada sel kanker
6.Sifat pertumbuhan tumor ganas harus menjadi pertimbangan
7.Efek seleksi relatif terhadap sel dengan tipe histologik tertentu
8.Terapi kombinasi

Urine



Kandungan Pada Urin



Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah bagian padaat yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran ataupun kelektrolitanya, diantaranya adalah :

Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat C5H4N4O3, Dan subtansi lainya seperti hormon (Guyton, 1996)
Ion : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium (Ca2+). Dalam Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates (H2PO4-, HPO42-, PO43-), (Guyton, 1996)

Warna
Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit ( Anonim, 2008 ).

Bau : Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu ( Anonim, 2008 ).



Berat jenis : Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 - 1025 ( Anonim, 2008 ).



Kejernihan : Normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus ( Anonim, 2008 ).

pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit alkali ( Anonim, 2008 ).

Beberpa sebab yang dapat mempengaruhi warna urine
Kuning:
  1. Zat warna normal dalam jumlah yang besar; urobilin, urokom
  2. Zat warna abnormal ; bilirubin
  3. Obat-obatan ; riboflavin (dengan fluoresensi hijau), cascara, santonin, senna. Zat-zat tersebut berwarna kuning dalam suasana asam.
Hijau:
  1. Zat warna normal dalam jumlah besar; indikan
  2. Obat-obatan ; evan’s blue, metilen blue
  3. Mikroorganisme/kuman; B pyocyaneus
Merah:
  1. Zat warna normal dalam jumlah besar; uroeritrin
  2. Zat warna abnormal; hemoglobin, porfirin, porfobilin
  3. Obat-obatan; senna, cascara, santonin, amidopirin, congo red. Zat-zat tersebut berwarna merah dalam suasana basa.
  4. Mikroorganisme / kuman ; B. Prodigiosus

Coklat:
  1. Zat warna normal dalam jumlah besar; indikan
  2. Zat warna abnormal; bilirubin, hematin, porfobilin

Coklat tua:
  1. Zat warna normal dalam jumlah besar; indikan
  2. Zat warna abnormal; darah tua, alkapton, melanin
  3. Obat-obatan; derivat fenol, arginol

Serupa susu:
  1. Zat normal dalam jumlah besar: fosfat,urat
  2. Zat abnormal; getah prostat, zat-zat lemak,chylus, bakteri-bakteri dan protein yang membeku

BAU URINE
Makanan yang dikonsumsi juga bisa mempengaruhi bau urine yang diproduksi. Bau urine juga sering digunakan sebagai deteksi beberapa penyakit, seperti berikut.
1. Bau urine seperti amonia, bisa jadi tanda Anda mengalami dehidrasi.
2. Bau urine membusuk, menunjukkan kemungkinan memiliki infeksi kandung kemih atau infeksi ginjal.
3. Urine berbau manis, bisa menjadi tanda awal dari diabetes.