Senin, 21 Oktober 2013

Larutan


      Larutan adalah sediaan cair yang mengandung suatu zat atau lebih zat kimia yang terlarut. misalnya : terdispersi melalui molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling tercampur.
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yg terlarut di sebut juga solute. solvent yang biasa dipakai adalah : - Air = macam - macam garam. - Spiritus = kampfer, iodoum, menthol. - Gliserin = tannin , zat samak, borax, fenol. - Eer = kampfer, fosfor, sublimat. - Minyak = kampfer, mentol - Parafin liq. = cera, cetaceum, minyak minyak, kampfer, menthol, chlorobutanol - Eter minyak tanah = minyak-minyak lemak.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
 1. Sifat dari solute atau solvent
    solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar juga , begitu juga sebaliknya solute   yang non polar akan larut dalam solvent yang non polar juga.

2. Cosolvensi
    cosolvensi adalah peristiwa kenaikan ke;arutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modofikasi pelarut.

3. kelarutan
    zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut.

4. Temperatur
    zat padat umumnya bertambah larut jika suhunya dinaikkan, zat tersebut dikatakan bersifat endoterm karena pada proses kelarutannya memerlukan panas.

5. salting out
    salting out adalah perstiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar di banding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.

6. Salting in
    salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi besar.

7. Pembentukan kompleks
    pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks.

Macam - Macam sediaan Larutan Obat
  • Berdasarkan cara pemberian
a. oral : - Potio (obat minum) dimaksudnkan untuk pemakaian per oral , selain berbentuk larutan potio ada juga yang berbentuk suspensi dan emulsi.
- Elixir adalah sediaan larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan( pemanis, pengawet, pewarna, pewangi ) sehingga memiliki bau dan rasa yang sedap dan sebagai pelarut digunakan campiran air - etanol.
- Sirup  ada 3 macam : 1. sirup simplex = mengandng 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v 2. sirup obat = mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tampa zat tambahan digunakan untuk pengobatan, 3. sirup pewangi = tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain. bertujuan untuk menutup rasa dan bau yang tidak enak.
- Netralisasi , Saturasi , Potio efferfescent. a. Netralisasi adalah obat minum yang dibuat dnegan mencampurkan bagian asal dan bagian basa sampai reaksi selasai dan larutan bersifat netral.
b. Saturatio adalah obat minum yang di buat dengan mereakskan asam dengan basa tetapi gas yang terjadi di tahan dalam wadah sehinnga larutan jenuh dengan gas.
c. Potio effefescent adalah larutan yang berbuih yang CO2 nya lewat jenuh
- Guttae (drop) guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan , emulsi atau suspensi apabila tidak dinyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam.
 
b.  Peroral
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui mulut.
2. Tujuan Pemberian
a. Untuk memudahkan dalam pemberian
b. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat segera diatasi
c. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
d. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
c. Topikal :
         Larutan topikal adalah larutan yag biasanya mengandung air tetapi seringkali juga pelarut lain. larutan topikal yang berupa suspensi disebut lotio . dan di gunakan sebagai obat luar.

- Collyrium  adalah  sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing, isotonis digunakan untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet - Guttae opthalmicae  adalah tetes mata  berupa larutan atau suspensi steril, cairan pembawanya berair, harus jernih, bebas benda asing, serat dan benang (harus disaring), serta tidak boleh digunakan setelah tutup dibuka > 1 bulan. Dan konsentrasi sunlimatnya tidak boleh > 1:4000
- Collutorium adalah larutan pekat dalam air yang mengandung bahan obat deodoran, antiseptika, anaastetika lokal atau astringensia, disimpan dalam botol kecil putih dan bermulut kecil.
- Collunarium adalah larutan yang digunakan sebagai obat cuci hidung. biasanya berupa larutan dalam air yang ditujukan untuk membersihkan hidung.
- Gargarisma (gargle) adalah sediaan berupa larutan umunya dalam keadaan pekat harus di encerkan dahulu sebelum digunakan , biasanya digunakan untuk pencegahan atau pengonatan infeksi tenggorokan.
- Litus oris adalah cairan agak kental dan pemakaiannya secara disapukan dalam mulut.
- Guttae oris adalah obat tetes mulut yang digunakan untuk mulut dengan cara mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur - kumurkan, dan tidak untuk di telan.
- Guttae nasales adalah obat yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hiding, dapat mengandung zat pensuspensi , pendapar, dan pengawet.
-Guttae auriculares adalah obat tetes yabg digunakan dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga , dengan zat pembawa bukan air, zat pembawa harus memiliki kekentalan yang sesuai seperti : propilenglikol dan gliserin.
- Inhalationes sediaan yang dimaksudnkan untuk sedot hiding atau mulut, dismprotkan dalam bentuk kabut dalam saluran pernafasan, tetesan arus berbentuk halus agar dapat mencapai bronkhioli.
- Injectiones dalah larutan steril yang biasa di suntikan kedalam vena atau otot dengan catatan pelarut yang digunakan adalah aquabides.
- Lavement/clsma/enema adalah  cairan yang pemakaiannya per rectum / kolon yang digunakan untuk membersihkan atau menghasilkan efek terapi setempat tau sistemik.
- Douche adalah larutan dalam air yang dimasukkan dengan suatu alat ke dalam vagina, baik untuk pengobatan atau pembersihan.
- Ephitema / Obat kompres adalah cairan yang dipakai untuk mendatangkan rasa dingin pada tempat tempat yang panas dan sakit karena radang atau berdasarkan sifat perbedaan tekanan osmose digunakan untuk mengeringkan luka bernanah.
d. Parenteral
adalah sediaan parenteral merupakan sediaan steril ( injeksi). Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal, intramuskuler, subkutis dan intradermal. 
  
  • Berdasarkan molekul ion.  
a. Larutan miseler 
adalah suatu larutan yang mengandung bahan padat terlarut berupa agregat (misel) baik dalam bentuk molekul atau ion. Jadi, larutan miseler dapat dianggap sebagai larutan perserikatan koloid.

b. Larutan makromolekuler 
 adalah larutan yang mengandung bahan padat terlarut berupa larutan mikromolekuler, tetpi ukuran molekul atau ionnya lebih besar dari mikromolekuler, misalnya larutan PGA, larutan CMC, larutan albumin, dan larutan polivinil pirolidon (Ilmu resep, hal 81).

c. Larutan Mikromolekul 
    adalah suatu larutan yang secara keseluruhan mengandung mikro inti yang terdiri atas molekul / ion.

Keistimewaan melarutan beberapa bahan obat dalam air





a.       Natrium hidrogen karbonat  ( NaHCO3 )
Cara melarutkan yang terbaik adalah dengan jalan menggoyang-goyangkan zat dengan air dalam sebuah botol yang tertutup, pengocokan kuat hendaknya dihindari. Dan juga dapat dilakukan dengan cara gerus tuang garamnya dengan air dalam sebuah mortir.

b.      Natrium hidrogen karbonat bersama – sama dengan natrium salisilat
Pertama larutkan dahulu natrium hidrogen karbonat  dengan cara gerus tuang kemudian dalam larutan itu dilaruta natrium salisilat, lalu tambahkan natrium pirofospat 0,75% dari berat larutan NaHCO3.

c.       Sublimat
Dilarutkan dalam 15 air mendidih, setelah dingin saring dengan kertas saring

d.      Kalium Permanganat ( PK)
Dilarutkan dalam air panas, setelah dingin larutan dituang atau disaring dengan saringan kaca G3, tidak boleh memakai kertas saring atau kapas.

e.       Champora
Digerus halus, masukan kebotol yang kering dan tertutup, tambahkan etanol 96 % 2X beratnya hingga larut, tambahkan air panas, kocok kuat sampai larut

f.       ZnCl2
Dilarutkan dalam seluruh air yang ada, kemudian saring. Setelah disaring tidak boleh diencerkan lagi karena ZnCl2 selalu mengandung sedikit garam basa yang harus dipisahkan dengan jalan menyaring. Kalau larutan yang telah jernih diencerkan maka larutan akan keruh kembali.

g.      Tannin
Selalu mengandung sedikit hasil oksidasi yang larut dalam air tapi tidak larut dalam gliserol , kalau dalam gliserol setelah dilarutkan harus disaring dengan kapas, kalau ada air dan gliserol larutkan dulu dalam air baru larutkan dalam gliserol.

h.      Senyawa Perak  ( Argentum )
Argentum coloidal   ( Collargol ) dan Argentum proteinatum ( Protargol ) ditaburkan diatas air sama banyak. Biarkan ditempat gelap 15’ lalu gerus halus dalam mortil. Jika ada gliserin, gerus dengan gliserin dulu baru ditambahkan air.

i.        Ekstrak
-          Ekstrak kental tambahkan surfaktan ( contoh : tween 80 sebanyak 1 % digerus tambahkan dengan air sama banyak, lalu diencerkan sedikit demi sedikit dalam air hangat.)
-          Ekstrak kering ditaburkan diatas air sama banyak, diamkan 15’ lalu gerus dan diencerkan dengan air. 
j.        Succus Liquiritiae
Digerus dalam mortir dengan air panas sama banyak, tambahkan air panas mendidih.

k.      Alkaloid
Merupakan basa lemah yang tidak larut dalam air tetapi garamnya mudah larut dalam air.




Minggu, 20 Oktober 2013

Informasi Obat




1.      Klorokuin


Indikasi:
- Serangan akut malaria yang disebabkan oleh plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan strain plasmodium flaciparum yang peka.
- Amubiasis ekstaintestinal.

Kontra Indikasi:

- Penderita dengan perubahan visual/retina.
- Penderita yang hipersensitif terhadap 4-aminoquinolone.

Komposisi:
Tiap tablet mengandung klorokuin fosfat 250 mg setara dengan klorokuin basa 150 mg.

Aturan Pakai:
Dosis klorokuin fosfat dinyatakan dalam bentuk basanya:
Untuk pencegahan:
- Dewasa:
Diberikan seminggu sekali pada hari yang sama, 300 mg klorokuin basa selama di daerah malaria dan diteruskan selama 4 minggu sesudah meninggalkan daerah malaria. Pada daerah-daerah tertentu, dimana transmisi malaria sangat intensif maka dosis pencegahan menjadi 600 mg setiap minggu dan diteruskan selama 4 minggu setelah meninggalkan daerah malaria.

- Anak:
Dosis setiap minggu 5 mg/kg berat badan. Sebaiknya tidak melebihi dosis dewasa.

Untuk serangan akut:
- Dewasa:
- Hari pertama mula-mula diberikan 600 mg, setelah 6 - 8 jam diberikan lagi 300 mg.
- Hari kedua dan ketiga masing-masing diberikan 300 mg.
- Anak:
- 10 mg/kg BB pada hari pertama (maksimum 600 mg). Setelah 6 - 8 jam diberikan lagi 5 mg/kg BB.
- Hari kedua dan ketiga masing-masing diberikan 5 mg/kg BB.

Untuk ekstraintestinal amubiasis:
- Dewasa:
- 600 mg sehari selama 2 hari.
- Hari berikutnya 300 mg paling sedikit 2 sampai 3 minggu.
- Anak:
10 mg/kg BB selama 2 sampai 3 minggu.

Peringatan dan Perhatian:
- Hati-hati pemberian pada penderita penyakit hati dan ginjal.
- Hati-hati jika diberikan pada penderita defisiensi G-6-PD (Glukosa-6-fosfat dihidrogenase).
- Agar dilakukan pemeriksaan mata secara teratur pada pasien yang menggunakan obat ini dalam jangka waktu yang lama.
- Hati-hati penggunaan bersamaan dengan obat-obat hepatotoksik.
- Hindari penggunaan pada wanita hamil, karena klorokuin dapat menembus plasenta, kecuali jika diperlukan supresi terhadap malaria.
- hati-hati penggunaan pada ibu hamil karena klorokuin dieksekresikan di ASI.

Efek Samping:
- Mata: kerusakan retina yang ireversibel, penglihatan kabur, kesulitan untuk memfokuskan pandangan dan penglihatan berkabut.
- Sistem saraf: kejang, psikosis.
- Gastrointestinal: mual, muntah, diare dan abdominal.
- Dermatologi: perubahan pigmen kulit, pruritus, kerontokan rambut, erupsi kulit.
- Sistem saraf: sakit kepala ringan sampai berat.

Overdosis:
Gej
ala-gejala: cardiovascular collaps, konvulsi yang diikuti oleh penghentian denyut jantung.
- Pemberian zat emetik sehingga isi lambung kosong.
- Pemberian karbon aktif, agar lebih efektif, dosis karbon aktif sedikitnya 5 kali jumlah klorokuin yang diperkirakan.

2.   Katopril
Captopril
Indikasi:
Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif. Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.

Kontra Indikasi:

Penderita yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).

Komposisi:
Setiap tablet mengandung kaptopril 12,5 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 25 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 50 mg.

Cara Kerja Obat:
Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi
angiotensin I yang besifat inaktif. "Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin Il yang besifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal
mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik 'afterload' maupun 'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan reflek takikardia.

Dosis:
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan penderita (individual).
Dewasa:
Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari.
Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap
hari.
Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum dosis kaptopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg.
Gagal jantung 12,5- 25 mg tiga kali sehari; diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dsiis perlu dikurangi disesuaikan dengan klirens kreatinin penderita.

Peringatan dan Perhatian:
Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi kehamilan selama pemakaian obat ini, maka pemberian obat harus dihentikan dengan segera.
Harus diberikan dengan hati-hati pada wanita menyusui, pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi daripada kadar dalam darah ibu.
Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensif.
Hati-hati pemberian pada penderita penyakit ginjal.
Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angiodema seperti bengkak mulut, mata, bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.
Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium, potassium sparing diuretic dan garam-garam polassium.
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus atau neonatus.
Pada kehamilan trimester ll dan lll dapat menimbulkan gangguan antara lain: hipotensi, hipoplasiatengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversible atau irreversible dan kematian.
Juga dapat terjadi oligohidramnios, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran prematur, perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat di mana selama di dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.

Efek Samping:
Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama
pengobatan.
Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek samping ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentkan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam, faringitis) pemberian kaptopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia.
Hipotensi dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare, dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya.
Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan.
Teriadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghilang meskipun obat diteruskan.
Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya harus dilakukan dengan hati-hati.

Interaksi Obat:

Alkohot.
Obat anti inflamasi terutama indometasin.
Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium.
Obat-obat berefek hipotensi.

3.      Asam Mefenamat
Asam Mefenamat
Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.

Kontra Indikasi:

N/A

Komposisi:
Tiap tablet salut selaput mengandung asam mefenamat 500 mg.

Dosis:
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan.
Dewasa dan anak di atas 14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.

Dismenore
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.

Menoragia
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.

Efek samping:
Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.
Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari dapat mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.


Kontraindikasi:
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam mefenamat.
Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan peradangan saluran cerna.


Interaksi Obat:
Obat-obat anti koagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspirin) dan insulin.


 4. Parasetamol

Paracetamol
Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.

Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.

Deskripsi:
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.