Analgetik adalah adalah
obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Antipiretik adalah obat
yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-antipiretik adalah obat
yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi.
Rasa nyeri hanya
merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya
gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot.
Rasa nyeri disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut mediator
nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung
syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini
rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat (SSP),
melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri
dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.
Ø Menghalangi
pembentukan rangsang dalam reseptor nyeri perifer oleh analgetik, perifer atau oleh
anestetik lokal.
Ø Menghalangi
penyaluran rangsang nyeri dalam syaraf sensoris, misalnya dengan anestetik
local.
Ø Menghalangi
pusat nyeri dalam SSP dengan analgesik sentral (narkotik) atau dengan anestetik
umum.
Umumnya cara kerja
analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa neurotransmitter
tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade sintesa
neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal"
nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.
Penggunaan
Analgetik-Antipiretik dalam Kehamilan :
Penggunaan obat
Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus diperhatikan.
Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat menyebabkan cacat
pada janin. Sebagian obat yang diminum oleh ibu hamil dapat menembus plasenta
sampai masuk ke dalam sirkulasi janin, sehingga kadarnya dalam sirkulasi bayi
hampir sama dengan kadar dalam darah ibu yang dalam beberapa situasi akan
membahayakan bayi.
Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik, teratogenik, maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya malformasi anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase berikut:
Pengaruh buruk obat terhadap janin, secara umum dapat bersifat toksik, teratogenik, maupun letal tergantung pada sifat obat dan umur kehamilan pada saat minum obat. Pengaruh toksik adalah jika obat yang diminum selama masa kehamilan menyebabkan terjadinya gangguan fisiologik atau bio-kimiawi dari janin yang dikandung, dan biasanya gejalanya baru muncul beberapa saat setelah kelahiran. Pengaruh obat bersifat teratogenik, jika menyebabkan terjadinya malformasi anatomic (kelainan/kekurangan organ tubuh) pada pertumbuhan organ janin. Pengaruh teratogenik ini biasanya terjadi pada dosis subletal. Sedangkan pengaruh obat yang bersifat letal adalah yang mengakibatkan kematian janin dalam kandungan.
Secara umum pengaruh obat pada janin dapat beragam sesuai dengan fase-fase berikut:
a. Fase
Implantasi yaitu pada umur kehamilan kurang dari 3 minggu.Pada fase ini obat
dapat member pengaruh buruk atau mingkin tidak sama sekali.Jika terjadi
pengaruh buruk biasanya menyebabkan kematian embrio atau berakhirnya kehamilan
(abortus).
b. Fase
Embrional atau Organogenesis,yaitu pada umur kehamilan antara 4-8 minggu.Pada
fase ini terjadi diferensiasi pertumbuhan untuk pembentukan organ-organ tubuh,
sehingga merupakan fase yang paling peka untuk terjadinya malformasi anatomik
(pengaruh teratogenik). Selama embriogenesis kerusakan bergantung pada saat
kerusakan terjadi, karena selama waktu itu organ-organ dibentuk dan blastula
mengalami deferensiasi pada waktu yang berbeda-beda. Jika blastula yang dipengaruhi
masih belum berdeferensiasi dan kerusakan tidak letal maka terdapat kemungkinan
untuk restitutio ad integrum. Sebaliknya jika bahan yang merugikan mencapai
blastula yang sedang dalam fase deferensiasi maka terjadi cacat (pembentukan
salah)
Berbagai
pengaruh buruk yang terjadi pada fase ini antara lain:
ü Gangguan
fungsional atau metabolic yang permanen yang biasanya baru muncul kemudian jadi
tidak timbul secara langsung pada saat kehamilan
ü Pengaruh
letal berupa kematian janin atau terjadinya abortus
ü Pengaruh sub-letal,tidak terjadi kematian
janin tetapi terjadi malformasi anatomik (struktur) pertumbuhan organ atau
pengaruh teratogenik. Kata teratogenik sendiri berasal dari bahasa yunani yang
berarti monster.
c. Fase
Fetal yaitu pada trimester kedua dan ketiga kehamilan.Dalam fase ini terjadi
maturasi dan pertumbuhan lebih lanjut dari janin.Pengaruh buruk senyawa asing
bagi janin dalam fase ini dapat berupa gangguan pertumbuhan baik terhadap
fungsi-fungsi fisiologik atau biokimiawi organ-organ.
Keluhan nyeri selama masa kehamilan umum di jumpai.
Hal ini berkaitan dengan masalah fisiologis dari si ibu karena adanya karena
adanya tarikan otot-otot dan sendi karena kehamilan maupun sebab-sebab yang
lain.Untuk nyeri yang tidak berkaitan dengan proses radang,pemberian obat
pengurang nyeri biasanya dilakukan dalam jangka waktu relatife pendek.Untuk
nyeri yang berkaitan dengan proses radang,umunya diperlukan pengobatan dalam
waktu tertentu. Penilaian yang seksama terhadap pereda nyeri perlu dilakukan
agar dapat ditentukan pilihan jenis obat yang paling tepat.
Pemakaian NSAID(Non steroid anti infamantory Drug )
sebaiknya dihindari pada TM III. Obat-obat tersebut menghambat sintesis
prostaglandin dan ketika diberikan pada wanita hamil dapat menyebabkan
penutupan ductus arteriousus, gangguan pembentukan ginjal janin, menghambat
agregasi trombosit dan tertundanya persalinan dan kelahiran. Pengobatan NSAID
selama trimester akhir kehamilan diberikan sesuai dengan indikasi. Selama
beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir, obat-obat ini sebaiknya dihindari.
Yang termasuk golongan ini adalah diklofenac, diffunisal, ibuprofen,
indomethasin, ketoprofen, ketorolac, asam mefenamat, nabumeton, naproxen,
phenylbutazon, piroksikam, sodium salisilat, sulindac, tenoksikam, asam tioprofenic
mempunyai mekanisme lazim untuk menghambat sintesa prostaglandin yang terlibat
dalam induksi proses melahirkan, NSAID dapat memperpanjang masakehamilan.
Berikut
contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia:
1. Paracetamol
Paracetamol merupakan
analgesik-antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang memiliki efek
analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik (menurunkan demam), dan
anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).
Paracetamol paling aman
jika diberikan selama kehamilan. Parasetamol dalam dosis tinggi dan jangka
waktu pemberian yang lama bisa menyebabkan toksisitas atau keracunan pada
ginjal. sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik. Golongan
analgetik-antipiretik adalah golongan analgetik ringan.Parasetamol merupakan
contoh obat dalam golongan ini.
Beberapa macam merk dagang, contohnya Parasetamol
(obat penurun panas atau penghilang nyeri) bisa diperdagangkan dengan merk
Bodrex, Panadol, Paramex
2.
Antalgin
Antalgin adalah salah
satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan NSAID, atau Non-Steroidal
Anti Inflammatory Drugs. Antalgin lebih banyak bersifat analgetik. Pemakaiannya
dihindari saat hamil TM I dan 6 minggu terakhir.
Analgesik dibagi menjadi dua, yaitu analgesik
narkotik dan analgesik non narkotik.
1.
Analgesik
Narkotik
Khusus digunakan untuk
menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan kanker. Nyeri pada kanker
umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat, yaitu : obat perifer (non
Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal, obat perifer bersama kodein
atau tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau rectal, obat Opioid
parenteral. Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan
co-analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau
prednisone).
Zat-zat ini memiliki
daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat kerja yang terletak di
Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan
menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan
toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan fisik
(ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan.
Semua analgetik
narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi potensi. Onzer, dan efek
samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan mengantuk.
Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan.
Morfin
dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai untuk nyeri
walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia tersedia dalam
bentuk injeksi dan masih merupakan standar yang digunakan sebagai pembanding
bagi analgetik narkotika lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin dapat
menimbulkan euphoria dan ganguan mental.
Berikut adalah contoh
analgetik narkotik yang samapi sekarang masih digunakan di Indonesia :
-
Morfin HCL,
-
Kodein (tunggal atau kombinasi dengan
parasetamol),
-
Fentanil HCL,
-
Petinidin, dan
-
Tramadol.
Khusus untuk tramadol
secara kimiawi memeng tergolong narkotika tetapi menurut undang-undang tidak
sebagai narkotik, karena kemungkinan menimbulkan ketergantungan.
2. Analgesik Non – Narkotik
Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat- obat inidinamakan juga analgetika
perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan
kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki
kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam, maka disebut
juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan rangsangannya terhadap pusat
pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di
kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak
keringat.
Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik
hipotalamus atau di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa
inflamasi, udem, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, PG, dan
histamine. PG dan brankinin menstimulasi ujung staraf perifer dengan membawa
implus nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis PG dan brankinin sehingga
menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Obat-obat yang banyak
digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan salisilat dan
asetaminofen (parasetamol). Aspirin adalah penghambat sintesis PG paling efektif
dari golongan salisilat.
1. Salisilat
Salisilat merupakan protipe AINS yang sampai
sekarang masih digunakan. Termasuk salisilat adalah Na-salisilat, aspirin (asam
asetil salisilat), salisid, dan meril salisilat bersifat toksik jika tertelan
oleh Karen itu, hanya dipakai topical untuk menghangatkan kulit dan antigatal (
antpruritus). Golongan salisilat dapat mengiritasi lapisan mukosa lambung.
Organ yang peka pada efek ini akan mengalami mual setelah minum aspirin. Dalam
lambung . PG berperan serta dalam mekanisme perlindungan mukosa dari asam
lambung atau gantrin. PG berfungsi meningkatkan daya tahan membrane mukosa
lambung.
Aspirin selain berefek analgetik, antipiretik,
dan antiinflamasi, daalam dosis kecil juga berfungsi sebagai antitrombosis (antiplatelet).
Pada dosis kecil, aspirin dapat menghambat agreasi trombosit (antikoagulan)
mencegah terbentuknya thrombus pada penderita infark jantung sehingga ddapat
mengurangi timbulnya stroke.
3.
Adapun contoh analgesik
lain antara lain :
Acethaminophen adalah salah satu obat yang paling penting untuk mengobati
nyeri ringan sampai sedang bilaman efek antiinflamasi tidak diperlukan.
Phenacetin, sebuah produk yang dimetabolisme menjadi acetaminophen, lebih
toksik daripada metebolit aktifnya dan tidak mempunyai indikasi rasional.
a. Acetaminophen
Acetaminophen adalah metabolit aktif
dari phenacetin yang bertanggung jawab akan efek analgesiknya. Ia adalah
penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan perifer dan tidak memiliki efek
inflamasi yang signifikan.
Farmakokinetik:
Acetaminophen
di berikan secara oral. Penyerapan dihubungkan dengan tingkat pengosongan
perut, dan konsentrasi daerah puncak biasanya tercapai dalam 30 – 60 menit.
Acetaminophen sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian di metabolism
oleh enzim mikrosomal hati dan di ubah menjadi sulfat dan glukoronida
acetaminophen, yang secara farmakologis tidak aktif. Kurang Dari 5 % di
ekskresikan dalam keadaan tidak berubah. Metabolit minor tetapi sangat aktif
adalah penting dalam dosis besar karena efek toksiknya terhadap hati dan
ginjal. Waktu paruh acetaminophen adalah 2 – 3 jam dan relative tidak
terpengaruh oleh fungsi ginjal.
Indikasi:
Sekalipun
ekuifalen dengan aspirin sebagai agen analgesik dan antipiretik yang efektif, acetaminophen
berbeda karena sifat antiinflamasinya lemah. Ia tidak mempengaruhi kadar asam
urat dan sifat penghambatan platelatnya lemah. Obat ini berguna untuk nyeri
ringan sampai sedang seperti sakit kepala, mialgia, nyeri pada pascapersalinan
dan keadaan lain dimana aspirin efektif sebagai analgesik. Aceteminophen saja
adalah terapi yang tidak adekuat untuk inflamasi seperti atritis rheumatoid,
sekalipun ia dapat di pakai sebagai tambahan analgesik terhadap terapi anti
inflamasi. Untuk analgesik ringan acetaminophen adalah obat yang lebih disukai
pada pasien yang alergi terhadap aspirin atau bilaman salicylate tidak bisa di
toleransi.
Efek – Efek
Yang Tidak Diinginkan:
Dalam dosisi
terapeutik, sedikit peningkatan enzim – enzim hati kadang – kadang bisa terjadi
tanpa adanya ada ikterus : obat ini reversible bila obat dihentikan. Denga
dosis yang lebih besar, pusing – pusing, ketegangan, dan disorentasi bisa
terlihat. Menelan 15 g acethaminophen bisa fatal, kematian disebabkan oleh
hepatotoksisitas yang hebat dengan nekrosis lobules sentral, kadang – kadang
dikaitkan dengan nikrosis tubulus ginjal akut.
Dosis :
Nyeri akut
dan demam bisa di atasi dengan 325 – 500 mg empat kali sehari dan secara
proporsional di kurangi untuk anak-anak. Keadaan tunak (steady state) dicapai
dalam sehari.
b. Phenacetin
Phenacetin
tidak lagi dipakai di Amerika Serikat dan telah di tarik dari berbagai
kombinasi analgesik bebas (OTC) seperti Anacin dan Empirin Compound. Akan
tetapi phenacetin masih ada dalam sejumlah analgesik di Amerika Serikat dan
masih banyak di pakai di Negara lain. Kaitan antara pemakaian berlebih dari
kombinasi analgesik – terutama yang mengandung phenacetin – dan perkembangan
kegagalan ginjal telah di ketahui selama hampir 30 tahun. Perkiraan presentase pasien
dengan penyakit ginjal tahap akhir yang merupakan akibat dari pemakaian
analgesik yang salah adalah 5 % hingga 15%. Setelah larangan pemakaian
phenacetin dalam analgesik di Finlandia, Skotlandia, danCanada, Jumlah kasus
baru dari nefropati analgesik di Negara-negara tersebut berkurang secara
signifikan.
2.2
ANTI-INFLAMASI
Inflamasi merupakan
suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh
trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi
adalah usaha tubuh untuk mengaktifasi atau merusak organisme yang menyerang,
menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Jika
penyembuhan lengkap, proses peradangan biasanya reda. Namun kadang-kadang
inflamasi tidak bisa dicetuskan oleh suatu zatyang tidak berbahayaseperti
tepung sari, atau oleh suatu respon imun, seperti asma atau artritisrematid.
Penggolongan
Antiinflamasi :
Obat
anti inflamasi dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu:
1. Glukokortikoid (Golongan
Steroidal) yaitu anti inflamasi steroid. Anti Inflamsi steroid memiliki efek
pada konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit perifer serta penghambatan
aktivitas fosfolipase. contohnya gologan Prednisolon
2. NSAIDs (Non Steroidal
Anti Inflammatory Drugs) juga dikenal dengan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)
NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase tetapi tidak enzim lipoksigenase.
Contoh Obat AntiInflasmasi golongan NSAIDs adalah Turunan Asam Propionat
(Ibuprofen, Naproxen), Turunan Asam Asetat (Indomethacin), Turunan Asam Enolat
(Piroxicam).
Obat
AntiInflamasi pada umumnya bekerja pada enzim yang membantu terjadinya inflamasi,
Namun Pada umumnya Obat Antiinflamasi bekerja pada enzim Siklooksigenase (COX)
baik COX1 maupun COX2
Mekanisme Kerja
Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga
konversi asam arakhidonat menjadi PGG2
terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan
selektivitas yang berbeda. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform
disebut COX-1 dan COX-2. Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda
dan ekspresinya bersifat unik. Secara garis besar COX-1 esensial dalam
pemeliharaan berbagai fungsi dalam kondisi normal di berbagai jaringan
khususnya ginjal, salurancerna dan trombosit. Di mukosa lambung, aktivasi COX-1
menghasilkan prostasiklin yang bersifat sitoprotektif. Siklooksigenase-2 semula
diduga diinduksi berbagai stimulusinflamatoar, termasuk sitokin, endotoksin dan
faktor pertumbuhan (growth factors).
Ternyata COX-2 juga mempunyai fungsi
fisiologis yaitu di ginjal, jaringan vaskulardan pada proses perbaikan
jaringan. Aspirin 166 kali lebih kuat menghambat COX-1 dari pada COX-2.
Penghambat COX-2 dikembangkan dalam mencari penghambat COX untuk pengobatan
inflamasi dan nyeri yang kurang menyebabkan toksisitas saluran cerna dan
pendarahan. Khusus parasetamol, hambatan biosintesis PG hanya terjadi pada
lingkungan yang rendah kadar peroksid yaitu di hipotalamus. Parasetamol diduga
menghambat isoenzim COX-3,suatu variant dari COX-1. COX-3 ini hanya terdapat di
otak. Aspirin sendiri menghambat dengan mengasetilasi gugus aktiv serin dari
COX-1, trombosit sangat rentan terhadap enzim karena trombosit tidak mampu
mensintesis enzim baru. Dosis tunggal aspirin 40 mg sehari cukup untuk menghambat
siklooksigenase trombosit manusia selama masa hidup trombosit, yaitu 8-11 hari.
Ini berarti bahwa pembentukan trombosit kira-kira 10% sehari. Untuk fungsi
pembekuan darah aktivitas siklooksigenase
mencukupi sehingga pembekuan darah tetap dapat berlangsung. Semua obat
mirip-aspirin bersifat antipiretik, analgesik, dan antiinflamasi. Ada perbedaan aktivitas di antara obat-obat
tersebut, misalnya parasetamol (asetaminofen) bersifat antipiretik dan
analgesik tetapi sifat antiinflamasinya lemah sekali. Sebagai antipiretik, obat
mirip-aspirin akan menurunkan suhu badan dalam keadaan demam.
Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik
,tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena sifat toksik bila digunakan
secara rutin atau terlalu lama. Ini berkaitan dengan hipotesis bahwa COX yang
ada di sentral otak terutamaCOX-3 dimana hanya parasetamol dan beberapa obat
AINS lainnya dapat menghambat. Fenilbutazon dan antireumatik lainnya tidak
dibenarkan digunakan sebagai antipiretik atas alasan tersebut menghambat enzim
siklooksigenase (COX 2), dapat memproduksi leukotrien, sehingga produksi
prostaglandin turun, jumlah prostaglandin turun sehingga set point mengatur
suhu tubuh. Obat: paracetamol, peroksikam, fenilbutazon, diklofenak,
ibuprofen(neoremasil), metamizol (antalgin), asetosal (aspirin), indometasin,
dan naproxen.
2.3 Daftar Interaksi Obat
No
|
Nama Obat A
|
Nama Obat B
|
Interaksi Obat
|
Efek
|
Ket
|
1
|
Alfentanil
(Alfenta®)
|
Erythromycin
|
erythromycin, fluconazole and troleandomycin menghambat cytochrome P450 isoenzyme
CYP3A3/4 di hati yang berfungsi memetabolisme alfentanil.
|
Alfentanil dapat segera di eliminasi dari dalam tubuh
|
Sinergis
|
2
|
Troleandomycin
|
||||
3
|
Fluconazole
|
||||
4
|
H2-blockers
|
Cimetidine tapi bukan ranitidine meningkatkan kadar alfentanil dalam darah.
|
Kadar alfentanil meningkat
|
Aditif
|
|
3
|
Aspirin or Salicylates
|
Caffeine
|
Caffeine meningkatkan absorbs aspirin dalam darah
|
Kadar aspirin meningkat
|
Aditif
|
5
|
Tamarindus indica fruit extract
|
Tamarindus indica fruit extract
meningkatkan absorbs aspirin sehingga kadar didalam darah meningkat
|
Kadar aspirin meningkat
|
Aditif
|
|
6
|
Dextromoramide
|
Troleandomycin
|
Meningkatnya efek dextromoramide dan koma pada laki-laki dapat
diatasi dengan troleandomycin.
|
Efek farmakologis meningkat
|
Aditif
|
7
|
Fentanyl
|
Baclofen
|
Efek fentanyl meningkat dengan adanya baclofen
|
efek farmakologis meningkat
|
Aditif
|
8
|
Cimetidine
|
Efek fentanyl meningkat dengan adanya cimetidine
|
efek farmakologis meningkat
|
Aditif
|
|
9
|
Lornoxicam
|
H2-blockers
|
Cimetidine, tapi bukan ranitidine, dalam kadar yang kecil dapat
meningkatkan kadar lornoxicam
|
Kadar meningkat
|
Aditif
|
10
|
glibenclamide
|
Lornoxicam meningkatkan efek glibenklamid
|
Efek farmakologi meningkat
|
Aditif
|
|
11
|
Cimetidine
|
Kadar cimetidine meningkat
|
Kadar cimetidine meningkat
|
Aditif
|
|
13
|
Methadone
|
Ciprofloxacin
|
Lonorxicam menghambat metabolism ciprofloxacin
|
Kadar ciprofloxacin meningkat
|
Aditif
|
15
|
Fluconazole
|
Fluconazole meningkatkan level methadone.
|
Kadar methadone meningkat
|
Aditif
|
|
16
|
Selective serotonin re-uptake inhibitors (SSRIs)
|
Methadone meningkatkan
efek samping dari fluvoxamine
|
Efek farmakologis fluvoxamine meningkat
|
Aditif
|
|
17
|
Dexamfetamine (Dextroamphetamine) or Methylphenidate
|
Dua kombinasi obat dapat meningkatkan efek analgesic dan
menurunkan efek samping
|
Efek farmakologis meningkat
|
Sinergis
|
|
18
|
Fluoxetine
|
Fluoxetine dapat meningkatkan efek analgesic dan menurunkan efek
samping dari morfin
|
Efek farmakologis meningkat
|
Sinergis
|
|
19
|
Food
|
Makanan dapat meningkatkan efek morfin yang digunakan oral dan
penyampaian dalam darah
|
Efek farmakologis meningkat
|
Aditif
|
|
20
|
Metoclopramide
|
Metoclopramide meningkatkan tingkat absorbs morfin-oral dan
kadar didalam darah
|
Efek farmakologis meningkat
|
Aditif
|
|
21
|
Secobarbital (Quinalbarbitone)
|
meningkatkan efek depresan respiratory
|
Efek farmakologis meningkat
|
Aditif
|
|
22
|
Tricyclic antidepressants
|
Bioavaibilitas analgetik meningkat
|
Kadar analgetik meningkat
|
Aditif
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar